Langsung ke konten utama

III. Konservasi Arsitektur di Indonesia; Kwekshool/Kodim, Yogyakarta



Seiring dengan perkembangan zaman, sebuah kota akan mengalami perubahan dan pertumbuhan yang semakin maju. Namun hal tersebut tidak lepas dari sejarah adanya kota tersebut. Dalam setiap kota terdapat rangkaian perjalanan sejarah yang dapat dilihat dari warisan kekayaan arsitektur bangunan bersejarah yang ada di kota tersebut.
Negara Indonesia yang memiliki beribu-ribu pulau tentunya memiliki sejumlah keanekaragaman benda bersejarah yang dapat mendeskripsikan karakter budaya yang khas untuk setiap kota. Yogyakarta sebagai kota pendidikan dan kebudayaan tidak terlepas dari sejarah kedatangan bangsa-bangsa asing yang membawa budaya baru seperti Cina, Arab dan Belanda. Belanda banyak meninggalkan budayanya di Yogyakarta antara lain bangunan kolonial. Keberadaan bangunan kolonial di Yogyakarta memiliki nilai penting sejarah yang perlu dilestarikan. Pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VII (1877-1921), komunitas Belanda di Yogyakarta berkembang pesat. Hal ini berkaitan dengan perkembangan industri perkebunan, perbankan, asuransi, perhotelan dan pendidikan. Karena jumlah penduduk Belanda semakin bertambah maka dibangun daerah-daerah permukiman dekat dengan pusat kota. Kemudian daerah pemukiman tersebut berekspansi  dari pusat kota bergeser ke timur (Bintaran), timur laut (Kota Baru), dan utara (Jetis).
Ketiga kawasan tersebut kini termasuk dalam kawasan kolonial. Beberapa tinggalan bangunan bergaya arsitektur kolonial ditemukan. Menurut Safeyah (2006) arsitektur kolonial merupakan arsitektur yang memadukan antara budaya barat dan budaya timur. Ciri-ciri dari arsitektur kolonial adalah:
1.      Fasad simetris
2.      Material dari batu bata atau kayu tanpa pelapis
3.      Jalur masuknya memiliki dua pintu
4.      Pintu masuk terletak di samping bangunan
5.      Pada bagian atap terdapat dormer (bukaan pada atap)
6.      Jendela besar berbingkai kayu
7.      Denah simetris
Bangunan Kodim 0734 merupakan bangunan kolonial yang terletak di Jl. A. M. Sangaji. Bangunan ini kemungkinan di bangun antara akhir abad 19 atau awal abad 20. Hal tersebut berkaitan dengan fungsi bangunan tersebut yang dahulu merupakan Kweekschool (Sekolah Guru Bagi Rakyat Pribumi). Kweekschool sendiri pada Kawasan Jetis terdapat di dua tempat, yaitu Kodim dan SMA 11 Yogyakarta yang juga terletak di Jl. A. M. Sangaji dan berjarak sekitar ± 400 m sebelah selatan dari Kodim. Faktanya, pendamping maupun asisten pendamping belum menemukan data tertulis soal kapan berdirinya bangunan Kodim 0734 ini.
Akan tetapi hal tersebut berkebalikan dengan data sejarah dari SMA N 11 Yogyakarta. Dari SMA N 11 kami menemukan data sejarah soal kapan di bangun dan fungsi awal bangunan tersebut. SMA N 11 di bangun pada 1897 dan berfungsi sebagai sekolah keguruan yang disebut dengan nama Kweekshool Voor Inladsche Onderwijzen Djokjakarta yaitu sekolah pelatihan untuk guru-guru pribumi.
 Bangunan SMA N 11 Yogyakarta ini berfungsi sebagai kweekshool sampai tahun 1927. Setelahnya, bangunan tersebut berubah kepemilikan dan dijadikan sebagai HIR. Berbeda dengan SMA N 11 Yogyakarta yang dapat diketahui tentang sejarah pembangunan dan riwayat kepemilikannya, bangunan Kodim sama sekali tidak ada data tertulis tentang kapan di bangunnya, fungsi, serta riwayat kepemilikannya. Hanya beberapa data yang dapat ditemukan, salah satunya adalah foto-foto lama. Dari foto tersebut kami asumsikan kapan berdirinya bangunan Kodim ini.

Tidak lama setelah bangunan tersebut di fungsikan sebagai sekolah Kristen, Bangsa Indonesia pun akhirnya merdeka. Pengaruh dari era kemerdekaan tersebut berdampak pada banyaknya bangunan-bangunan Belanda yang akhirnya direbut oleh rakyat Indonesia, termasuk Bangunan Kodim yang juga tidak luput dari pengambil alihan. Sehingga setelah 1945, Bangunan Kodim resmi menjadi milik Negara Indonesia. Bangunan Kodim yang sebelumnya berfungsi sebagai sekolah Kristen pun akhirnya di tutup dan di tempati oleh Ajend (Ajudan Jenderal). Bangunan tersebut digunakan Ajend sebagai asrama. Ajend menempati bangunan tersebut dari setelah era kemerdekaan hingga 1960-an. Karena pada akhir 1960-an bangunan tersebut di fungsikan sebagai markas dari Korem Yogyakarta (Hasil Wawancara dengan Ibu Jono, 23 September 2016).
Perabotan rumah bagi suku Jawa merupakan barang baru yang dikenal setelah orang Eropa datang di Nusantara. Peralatan rumah tangga biasanya disebut dengan meubelair. Bahan menggunakan material kayu jati berukiran baik dengan ukuran motif gaya Jawa, ditambah atau bercampur dengan motif gaya Eropa (Soekiman, 2000:58).
Selain itu, menurut Sidharta (2007:88), bangsa Belanda khususnya arsitek Belanda telah mempelajari iklim Indonesia sehingga tercipta adaptasi bangunan kolonial terhadap iklim. Hal ini dapat tercermin pada hasil desain yang mengikuti prinsip – prinsip berikut:
a.    beranda yang terbuka pada bagian depan, belakang, ataupun di sekeliling keseluruhan bangunan;
b. overhang yang lebar untuk melindungi permukaan dinding dan jendela dari sinar matahari langsung maupun hujan;
c.  langit – langit dengan tinggi mencapai empat meter dan mendapatkan suplai pencahayaan dan penghawaan alami yang cukup dengan pintu maupun jendela louvers;
d.   taman tropis dengan jumlah pepohonan yang memadai.

Wajah bangunan dipengaruhi oleh tiga komponen dasar yaitu atap, dinding dan lantai bangunan.
1.      Atap Bangunan KODIM 0734 Yogyakarta

Berdasarkan hasil pengamatan, jenis atap yang digunakan pada Bangunan KODIM 0734 Yogyakarta adalah atap bertingkat berbentuk limasan dengan dormer.
Foto 1. Bentuk Atap Bangunan dari arah Barat Laut
Pada atap bangunan terdapat sebuah kemuncak yang terbuat dari kayu dan berbentuk bulat (lihat foto 2.5)
Di bagian atap juga terdapat dormer berbentuksegitiga yang berjumlah 16 buah. Untuk masing-masing sisi timur dan barat terdapat 6 buah dormer, sedangkan untuk masing-masing sisi utara dan selatan terdapat 2 buah dormer. Pada bagian atap dormer terdiri atas genteng, seng, papan talang, winber, lisjtplaank.

1.      Dinding Bangunan KODIM 0734 Yogyakarta
Dinding luar Bangunan KODIM 0734 Yogyakarta memiliki ornamen geometris yang terlihat pada setiap sisi bangunan. Pada bagian tengah dinding dalam bangunan terdapat ornamen atau hiasan berbentuk persegi panjang.

1.      Ornamen atau hiasan pada dinding bagian dalam bangunan
Jendela Bangunan Kodim 0734 adalah jendela rangkap ganda dengan model krepyak dan jendela panel kaca. Diatas jendela terdapat ventilasi dengan ornamen geometris. Pintu Bangunan Kodim 0734 adalah pintu ganda rangkap.
Setelah dilaksanakan konservasi dan pemugaran pada bangunan ini berikut merupaka hasil setelah pemugaran.Struktur dinding objek pemugaran terdiri dari struktur pasangan beton bertulang dan pasangan susunan batu bata yang dengan lapisan spesi dan plesteran. Lapisan plesteran atau yang dikenal dengan sebutan bligon terdiri atas campuran bubukan batu bata merah+kapur (gamping)+ pasir. Hasil observasi menunjukkan terdapat perubahan pada bentuk dinding, terutama pada bagian antara lobby dan ruang aula lama. Pada bagian tersebut ketika permulaan kegiatan rehabilitasi dipisahkan oleh sebuah lorong yang merupakan buatan penghuni baru. Lorong tersebut dibuat akibat dari pembangunan kamar mandi pada selasar bagian barat. Berdasarkan saran arkeologi dengan berlandaskan prinsip-prinsip pemugaran, maka bentuk dinding dikembalikan seperti sedia kala. Efek lanjutan dari saran tersebut adalah pembongkaran kamar mandi di selasar bagian barat. Sebagai ganti kamar mandi yang dibongkar, maka pihak kontraktor membangun 2 buah kamar mandi baru. Selain temuan struktur yang sudah mengalami perubahan, terdapat temuan lain berupa warna cat. Sesuai dengan hasil pengerokan dinding maka ditemukan bahwa cat asli kodim adaalah warna putih untuk dinding kuning untuk pilar dan merah untuk hiasan/profil di dinding. Berdasrkan kaidah arkeologi, maka saran yang diberikan pihak arkeolog adalah mengembalikan warna cat sesuai aslinya.



Pelaksanaan rehabilitasi Kodim 0734, Yogyakarta tahun 2016 telah selesai dilaksanakan. Berdasarkan data-data pelaksanaan rehabilitasi telah selesai dilaksanakan sesuai dengan lingkup pekerjaan yang direncanakan menurut dokumen perencanaan, SPK dan SPMK. Adapun beberapa pekerjaaan tambah dalam pelaksanaan rehabilitasi Bangunan Societeit  yang bersifat total maupun parsial.  Pekerjaan tersebut antara lain pengecatan Bangunan Societeit secara total, pergantian usuk secara parsial, perkuatan struktur bangunan perpustakaan dan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rumah Tradisional Malaysia, Rumah Bumbung Panjang Pahang

RUMAH BUMBUNG PANJANG PAHANG Pahang Darul Makmur merupakan salah satu negara bagian di Malaysia. Sebagian besar negeri Pahang diselimuti hutan dan sebagian besar Taman Negara terletak dalam negeri Pahang. Pahang merupakan sebuah negeri beraja. Wujudnya negeri Pahang adalah sebelum wujudnya kerajaan melayu Melaka. Pahang mempunyai susur galur tamadun yang panjang, sejak dari zaman pra-sejarah . Masyarakat Melayu tradisional Pahang memang kaya dengan seni bina yang diwarisi sejak zaman silam. Kebiasaannya seni bina yang kreatif dan imaginatif dijelmakan menerusi reka bentuk istana, rumah, surau, perahu, reban ayam dan peralatan tertentu yang digunakan dalam kehidupan harian . Salah satu seni bina dikagumi dengan kehalusan reka bentuknya ialah rumah tradisional Melayu Pahang.Keunikan rumah tradisional Pahang dibina tanpa menggunakan walaupun sebatang paku, apabila sejenis alat yang dinamakan tanggam diguna atau diperkuatkan bagi menyambung bahagian tertentu.Sesuai den

Arsitektur Klasik dan Arsitektur Modern

ARSITEKTUR KLASIK Arsitektur klasik adalah gaya bangunan dan teknik mendesain yang mengacu pada zaman klasik Yunani, seperti yang digunakan di Yunani kuno pada periode Helenistik dan Kekaisaran Romawi. Dalam sejarah arsitektur, Arsitektur Klasik ini juga nantinya terdiri dari gaya yang lebih modern dari turunan gaya yang berasal dari Yunani. Saat orang berpikir tentang arsitektur klasik, umumnya mereka berpikir sebuah bangunan yang terbuat dari kayu, batu, dll. Namun arsitektur klasik juga banyak memiliki unsur modern dan desain gedung yang rumit. Misalnya, atap, tiang, bahkan struktur batu atau marmer dibuat dengan detail sempurna. Seiring waktu berlalu, bangunan menjadi lebih rumit dan lebih rinci. Beberapa peradaban yang tumbuh dari batu dan lumpur turut memperkaya ragam bentuk Arsitektur Klasik, misalnya candi dan kuburan orang-orang Mesir. ·        Arsitektur Yunani -         Budaya: Polis, filosofis, demokratis -         Nilai: Rasionalisme -         Preseden: M

BAB III. Hukum Pranata Pembangunan Dalam Pelanggaran IMB

BAB III STUDI KASUS 1.        STUDI KASUS IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI BANDUNG Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung (Pasal 7 ayat [1] UUBG). Persyaratan administratif bangunan gedung meliputi persyaratan status hak atas tanah, status kepemilikan bangunan gedung, dan izin mendirikan bangunan (Pasal 7 ayat [2] UUBG).  Proses pengurusan KRK (Keterangan Rencana Kota), merupakan hal yang mutlak untuk kelanjutan ke proses penerbitan IMB (Izin Mendirikan Bangunan). Banyak pemohon belum memahami kegunaan KRK yang berakibat penolakan atau tertundanya terhadap penerbitan IMB, kebanyakan pemohon hanya terfokus pada disain bangunan berupa denah, jumlah r uangan dan fungsi ruang dan gambar site plan agar seluruh tanah/lahan/persil dapat dimanfaatkan secara optimal, tidak mengacu pada aturan-aturan yang diperbolehkan oleh Pemerintah Kota Bandung . KRK merupakan rambu-rambu/acuan dalam p ere