Langsung ke konten utama

II. Konservasi Arsitektur di Jabodetabek; Stasiun Jakarta Kota


STASIUN JAKARTA KOTA (STASIUN BEOS)
Kriteria pemilihan bangunan konservasi berdasarkan kriteria Benda Cagar Budaya UU No. 11 Tahun 2012, yakni:
  1. Berusia 50 tahun/lebih.
  2. Mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 tahun.
  3. Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahun, pendidikan, agama dan atau kebudayaan.
  4. Memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.
Stasiun Kereta Api Jakarta Kota (Beos) adalah stasiun kereta api berusia tua yang berada dalam kawasan di Kota Tua Jakarta. Stasiun tua yang bersejarah ini sudah ditetapkan sebagai cagar budaya melalui Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 475 tahun 1993, dan sudah berumur 144 tahun.
 Stasiun Jakarta Kota.

Bangunan Pemugaran
Nama Bangunan          : Stasiun Jakarta Kota
Tahun Pembangunan : 1926 – 1929
Arsitek                         : Frans Johan Louwrens Ghijsels
Fungsi Awal                : Stasiun Kereta
Fungsi Sekarang          : Stasiun Kereta
Langgam                     : Art Deco
Klasifikasi Bangunan : Membentuk kawasan bersejarah
Kondisi Bangunan      : Baik

Stasiun kereta api terbesar di Indonesia yang terletak di Kelurahan Pinangsia, kawasan Kota Tua, Jakarta, Indonesia. Stasiun ini adalah satu darisedikit stasiun di Indonesia yang bertipe terminus (perjalanan awal/akhir), yang tidak memiliki jalur lanjutan lagi. Sejak 2015, stasiun ini hanya melayani rute komuter menuju daerah-daerah Jakarta dan sekitarnya Tanjung Priok, Depok, Nambo, Bogor, dan Bekasi. Stasiun Jakarta Kota dikenal pula dengan sebutan Stasiun Beos.
Merupakan stasiun kereta api kelas besar tipe A yang terletak di Jl. Lada, Kelurahan Pinangsia, kawasan Kota Tua, Jakarta Barat. Stasiun yang terletak pada ketinggian +4 meter ini merupakan stasiun terbesar yang berada dalam pengelolaan PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi I Jakarta dan merupakan satu dari sedikit stasiun di Indonesia yang bertipe terminus (perjalanan awal atau akhir), yang tidak memiliki jalur lanjutan lagi.
Pembangunannya dimulai dari tahun 1926, selesai pada 19 Agustus 1929 dan secara resmi digunakan pada 8 Oktober 1929. Acara peresmiannya dilakukan secara besar-besaran dengan penanaman kepala kerbau oleh Gubernur Jendral jhr. A.C.D. de Graeff yang berkuasa pada Hindia Belanda pada 1926-1931.
Sejarah
Sekilas mengenai sejara stasiun kota - Jakarta, atau yang dulunya lebih dikenal dengan nama Batavia Zuid atau stasiun Beos, awalnya dibangun sekitar tahun 1870, kemudian ditutup pada tahun 1926 untuk renovasi menjadi bangunan yang kini ada. Selama stasiun ini dibangun, kereta api - kereta api menggunakan stasiun Batavia Noord. Sekitar 200 m dari stasiun yang ditutup ini dibangunlah Stasiun Jakarta Kota yang sekarang.
Pembangunannya dipimpin oleh seorang arsitek Belanda kelahiran Tulungagung 8 September 1882 yaitu Frans Johan Louwrens Ghijsels dan selesai pada 19 Agustus 1929 kemudian diresmikan dan digunakan untuk pertama kalinya pada 8 Oktober 1929 oleh Gubernur Jendral jhr. A.C.D. de Graeff yang berkuasa di Hindia Belanda pada 1926-1931.
Pada masa lalu, karena terkenalnya stasiun ini, nama itu (Beos) dijadikan sebuah acara oleh stasiun televisi swasta. Namun sayangnya hanya sedikit warga Jakarta yang tahu apa arti Beos yang ternyata memiliki banyak versi tersebut. Yang pertama, Beos merupakan kependekan dari Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschapij (Maskapai Angkutan Kereta Api Batavia Timur), sebuah perusahaan swasta yang menghubungkan Batavia dengan Kedunggedeh. Versi lain, Beos berasal dari kata Batavia En Omstreken, yang artinya Batavia dan Sekitarnya, dimana berasal dari fungsi stasiun sebagai pusat transportasi kereta api yang menghubungkan Kota Batavia dengan kota lain seperti Bekassie (Bekasi), Buitenzorg (Bogor), Parijs van Java (Bandung), Karavam (Karawang), dan lain-lain.
Dikutip dari okezone, bahwa Stasiun Jakarta Kota bukan merupakan stasiun tertua di Jakarta, merupakan hasil penyatuan dua stasiun yaitu Stasiun Batavia Utara dan Stasiun Beos. Menurut artikel dalam wikipedia ada beberapa versi dalam mengartikan nama Beos, yakni sebagai berikut:
  • Beos kependekan dari Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschapij (Maskapai Angkutan Kereta Api Batavia Timur), sebuah perusahaan swasta yang menghubungkan Batavia dengan Kedunggedeh.
  • Beos berasal dari kata Batavia En Omstreken, yang artinya Batavia dan Sekitarnya, dimana berasal dari fungsi stasiun sebagai pusat transportasi kereta api yang menghubungkan kota Batavia dengan kota lain seperti Bekassie (Bekasi), Buitenzorg (Bogor), Parijs van Java (Bandung), Karavam (Karawang), dan lain-lain.
  • Batavia Zuid yang berarti Stasiun Batavia Selatan. Nama ini muncul karena pada akhir abad ke-19, Batavia sudah memiliki lebih dari dua stasiun kereta api. Satunya adalah Batavia Noord (Batavia Utara) yang terletak di sebelah selatan Museum Sejarah Jakarta sekarang. Batavia Noord pada awalnya merupakan milik perusahaan kereta api Nederlandsch-Indische Spoorweg, dan merupakan terminus untuk jalur Batavia-Buitenzorg. Pada tahun 1913 jalur Batavia-Buitenzorg ini dijual kepada pemerintah Hindia Belanda dan dikelola oleh Staatsspoorwegen. Pada waktu itu kawasan Jatinegara dan Tanjung Priok belum termasuk gemeente Batavia. Stasiun Kota (1929).
Stasiun Batavia Utara (Stasiun Batavia Noord)
Stasiun tertua di Jakarta itu adalah Stasiun Batavia. Stasiun yang didirikan perusahaan kereta api swasta NIS (Nederlandsche Indische Spoorweg Maatschappij), dibangun pada tahun 1869, stasiun ini resmi beroperasi pada tahun 1871 dengan jalur Batavia – Buitenzorg (Bogor). Letaknya kalau sekarang ada di belakang Gedung Bank BNI 46 Jakarta Kota.
Meski begitu, stasiun ujungnya di sebelah utara bukan di Stasiun Batavia itu. Melainkan ada sebuah “halte” atau stasiun kecil di Pasar Ikan Jakarta Utara dan jalur Batavia-Buitenzorg (kini Bogor) ini baru selesai dan resmi dibuka pada 1871.
Stasiun Beos (Batavia Zuid)
Batavia Zuid, awalnya dibangun sekitar tahun 1870, kemudian ditutup pada tahun 1926 untuk renovasi menjadi bangunan yang kini ada. Selama stasiun ini dibangun, kereta api-kereta api menggunakan stasiun Batavia Noord. Sekitar 200 m dari stasiun yang ditutup ini dibangunlah Stasiun Jakarta Kota yang sekarang. Pembangunannya selesai pada 19 Agustus 1929 dan secara resmi digunakan pada 8 Oktober 1929. Acara peresmiannya dilakukan secara besar-besaran dengan penanaman kepala kerbau oleh Gubernur Jendral jhr. A.C.D. de Graeff yang berkuasa pada Hindia Belanda pada 1926-1931.
Di balik kemegahan stasiun ini, tersebutlah nama seorang arsitek Belanda kelahiran Tulungagung 8 September 1882 yaitu Frans Johan Louwrens Ghijsels, lelaki yang menamatkan pendidikan arsitekturnya di Delft dan mendirikan biro arsitektur Algemeen Ingenieur Architectenbureau (AIA). Stasiun Beos merupakan karya besar Ghijsels, yang dikenal dengan ungkapan Het Indische Bouwen yakni perpaduan antara struktur dan teknik modern barat dipadu dengan bentuk-bentuk tradisional setempat. Dengan balutan art deco yang kental, rancangan Ghijsels ini terkesan sederhana meski bercita rasa tinggi. Sesuai dengan filosofi Yunani Kuno, kesederhanaan adalah jalan terpendek menuju kecantikan.

Diakuisisi
Beos kemudian dibeli SS (Staatsspoorwegen), perusahaan kereta pemerintah Hindia Belanda karena memang awalnya mereka tidak punya stasiun di Batavia. Dibeli pada 1898 dan barulah mereka punya stasiun, stasiun Beos itu dengan membuat jalur Batavia-Duri-Angke-Tangerang-Merak.
SS juga kemudian mengakuisisi NIS pada tahun 1913, pemilik jalur Batavia Noord-Bogor karena pada awal abad ke-20, karena NIS rugi besar, hingga SS jadi pemilik dua stasiun tersebut (Batavia Noord dan Zuid). Tentu akan mubazir jika SS mengoperasikan dua stasiun yang berdekatan itu sekaligus. Maka diputuskanlah membangun stasiun yang lebih besar dan lahan yang dipilih ya di lahan berdirinya Stasiun Batavia Zuid.
Pembangunannya dipercayakan pada arsitek Belanda kelahiran Tulungagung, Jawa Timur, yakni Frans Johan Louwrens Ghijsels dengan desain bergaya Art Deco. Akhir 1925, Stasiun Batavia Zuid sudah mulai dirobohkan untuk persiapan pembangunan selama tiga tahun. Sementara untuk operasional, semua jalur dipindahkan ke Batavia Noord sampai stasiun yang baru selesai dibangun 1929 dan sejak itulah, Stasiun Batavia Noord dibongkar.
Karakter Bangunan
Stasiun Beos/ Stasiun Kota merupakan karya besar Ghijsels yang dikenal dengan ungkapan Het Indische Bouwen yakni perpaduan antara struktur dan teknik modern barat dipadu dengan bentuk-bentuk tradisional setempat. Dengan balutan art deco yang kental yang keindahannya dapat dilihat dari bentuk atap dan bentuk pilar-pilar pintu utama pada sisi kiri, kanan, dan depan bangunan, rancangan Ghijsels ini terkesan sederhana namun mengandung unsur seni yang tinggi.
Sesuai dengan filosofi Yunani Kuno, kesederhanaan adalah jalan terpendek menuju kecantikan. Seiring dengan perkembangan zaman, bangunan Stasiun Kota ini sendiri semakin terusik/tertutupi dengan kepadatan bangunan di kota Jakarta sebagai dampak dari lajunya pertumbuhan kota yang kurang terkendali. Belum lagi kondisi bangunannya yang kurang terawat dengan baik sehingga hanya terlihat sebagai bangunan tua yang masih layak pakai. Sedangkan jika ditelusuri lebih jauh, bangunan Stasiun Kota ini sendiri sebenarnya sudah ditetapkan dalam peraturan pemerintah DKI Jakarta sebagai bangunan cagar budaya yang umumnya bisa digunakan untuk menarik kunjungan wisata baik dari dalam maupun luar negeri untuk menyimak kembali bagaimana perjalanan perkembangan kota Jakarta sejak zaman colonial hingga sekarang ini.

Stasiun Jakarta Kota Tempo Dulu

 Stasiun Kota (1929). Foto koleksi Tropenmuseum, Amsterdam.
Stasiun Jakarta Kota Sekarang



Stasiun Jakarta Kota, Foto koleksi google image.


Bentuk Bangunan Stasiun Jakarta Kota

  • Bangunan tunggal bertingkat 2, memiliki pola asimetris baik pada bentuk dasar denah maupun facade bangunan.
  • Menggunakan atap lengkung sebagai cirri khas dari bentu art deco.
Facade Bangunan Stasiun Jakarta Kota

  • Facade mempunyai bentuk yang simetris dan dibangun dengan gaya arsitektur art deco yang terlihat pada pilar – pilar atap pintu utama, pintu utara dan pintu selatan.
  • Facade pada pintu utama dibuat lebih megah dari pintu di sisi utara dan selatan karena dipengaruhi oleh fungsinya di masa lampau sebagai bagian dari penyambutan.
Konsep Perencanaan Konservasi
Stasun Jakarta Kota akhirnya ditetapkan sebagai cagar budaya melalui surat keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 475 tahun 1993. Walau masih berfungsi, di sana-sini terlihat sudut-sudut yang kurang terawat. Keberadaannya pun mulai terusik dengan adanya kabar akan dibangun mal di atas bangunan stasiun. Demikian pula kebersihannya yang kurang terawat, sampah beresrakan di rel-rel kereta. Selain itu, banyak orang yang tinggal di samping kiri kanan rel di dekat stasiun mengurangi nilai estetika stasiun kebanggaan ini. Kini Pihak KAI melalui Unit Pelestarian Benda dan bangunan bersejarah telah mulai menata stasiun bersejarah ini.

Eksterior
  • Menggunakan karakter kota tua/kota lama sebagai daya tarik untuk memberikan nilai tambah pada bangunan Stasiun Jakarta Kota.
  • Mempermudah pencapaian ke dalam kawasan, menata sirkulasi kendaraan, dan pejalan kaki di dalam kawasan, serta menyediakan sarana parkir yang mampu memenuhi kebutuhan aktivitas pengunjung pada kawasan di sekitar bangunan Stasiun Jakarta Kota.
  • Menata kembali system peragangan kaki lima yang berada di sekitar bangunan agar terlihat lebih rapi dan bersih.
  • Pengadaan kembali kawasan-kawasan hijau di sekitar lokasi seperti taman dan sejenisnya sebagai sarana penunjang dan nilai tambah dari bangunan.
  • Pengolahan fasad yang lebih menarik dengan tetap mempertahankan bentuk aslinya, penertiban bagian-bagian fasilitas bangunan yang mencederai fasad bangunan sebagai bagian dari usaha mempertahankan jejak sejarah di kawasan Stasiun Jakarta Kota dan sekitarnya.
  • Penataan kebersihan dan keamanan di sekitar bangunan juga sangat dibutuhkan untuk memperlihatkan nilai sejarah dari sisi eksterior bagunan.
Interior
  • Penertiban kegiatan penjualan di dalam Stasiun sangat dibutuhkan guna menjaga kebersihan dan kenyamanan penggunan stasiun Pengaturan tata tertib di dalam stasiun juga sangat dianjurkan untuk menjaga ketertiban pengguna KRL sekaligus menciptakan pemandangan yang suasan yang nyaman di dalam stasiun.
  • Khusus untuk bagian-bagian stasiun yang telah termakan usia atau yang tidak terurus, dianjurkan untuk melakukan perbaikan dan penataan kembali agar tidak menimbulkan pemandangan atau suasana yang mengganggu.
  • Pengadaan fasilitas-fasilitas seperti tempat duduk sangat dianjurkan untuk memberikan tempat istirahat sementara bagi para pengguna KRL yang menunggu kedatangan/ keberangkatan KRL.
  • Penyediaan fasilitas penyebrangan antar rel/tempat pemberhentian kereta juga sangat perlu. Selain untuk mengurangi waktu dan jarak tempuh yang jauh karena harus kembali melalui jalur yang melalui dalam stasiun, juga mencegah terjadinya kecelakaan kereta yang disebabkan oleh aksi nekat para pengguna KRL yang menyeberang melalui jalur kereta.

Sumber


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rumah Tradisional Malaysia, Rumah Bumbung Panjang Pahang

RUMAH BUMBUNG PANJANG PAHANG Pahang Darul Makmur merupakan salah satu negara bagian di Malaysia. Sebagian besar negeri Pahang diselimuti hutan dan sebagian besar Taman Negara terletak dalam negeri Pahang. Pahang merupakan sebuah negeri beraja. Wujudnya negeri Pahang adalah sebelum wujudnya kerajaan melayu Melaka. Pahang mempunyai susur galur tamadun yang panjang, sejak dari zaman pra-sejarah . Masyarakat Melayu tradisional Pahang memang kaya dengan seni bina yang diwarisi sejak zaman silam. Kebiasaannya seni bina yang kreatif dan imaginatif dijelmakan menerusi reka bentuk istana, rumah, surau, perahu, reban ayam dan peralatan tertentu yang digunakan dalam kehidupan harian . Salah satu seni bina dikagumi dengan kehalusan reka bentuknya ialah rumah tradisional Melayu Pahang.Keunikan rumah tradisional Pahang dibina tanpa menggunakan walaupun sebatang paku, apabila sejenis alat yang dinamakan tanggam diguna atau diperkuatkan bagi menyambung bahagian tertentu.Sesuai den

Arsitektur Klasik dan Arsitektur Modern

ARSITEKTUR KLASIK Arsitektur klasik adalah gaya bangunan dan teknik mendesain yang mengacu pada zaman klasik Yunani, seperti yang digunakan di Yunani kuno pada periode Helenistik dan Kekaisaran Romawi. Dalam sejarah arsitektur, Arsitektur Klasik ini juga nantinya terdiri dari gaya yang lebih modern dari turunan gaya yang berasal dari Yunani. Saat orang berpikir tentang arsitektur klasik, umumnya mereka berpikir sebuah bangunan yang terbuat dari kayu, batu, dll. Namun arsitektur klasik juga banyak memiliki unsur modern dan desain gedung yang rumit. Misalnya, atap, tiang, bahkan struktur batu atau marmer dibuat dengan detail sempurna. Seiring waktu berlalu, bangunan menjadi lebih rumit dan lebih rinci. Beberapa peradaban yang tumbuh dari batu dan lumpur turut memperkaya ragam bentuk Arsitektur Klasik, misalnya candi dan kuburan orang-orang Mesir. ·        Arsitektur Yunani -         Budaya: Polis, filosofis, demokratis -         Nilai: Rasionalisme -         Preseden: M

BAB III. Hukum Pranata Pembangunan Dalam Pelanggaran IMB

BAB III STUDI KASUS 1.        STUDI KASUS IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI BANDUNG Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung (Pasal 7 ayat [1] UUBG). Persyaratan administratif bangunan gedung meliputi persyaratan status hak atas tanah, status kepemilikan bangunan gedung, dan izin mendirikan bangunan (Pasal 7 ayat [2] UUBG).  Proses pengurusan KRK (Keterangan Rencana Kota), merupakan hal yang mutlak untuk kelanjutan ke proses penerbitan IMB (Izin Mendirikan Bangunan). Banyak pemohon belum memahami kegunaan KRK yang berakibat penolakan atau tertundanya terhadap penerbitan IMB, kebanyakan pemohon hanya terfokus pada disain bangunan berupa denah, jumlah r uangan dan fungsi ruang dan gambar site plan agar seluruh tanah/lahan/persil dapat dimanfaatkan secara optimal, tidak mengacu pada aturan-aturan yang diperbolehkan oleh Pemerintah Kota Bandung . KRK merupakan rambu-rambu/acuan dalam p ere